Jumat, 25 November 2011

Rasulullah Saw Hijrah Ke Thaif

TEKANAN KAUM KAFIR QURAISY TERHADAP NABI MUHAMMAD SAW


1.    Kisah Wafatnya Abu Thalib dan Khadijah Serta Jasa Mereka

Setelah umat Islam, keluarga Bani Hasyim dan keluarga Bani Abdul Muthalib bebas dari pemboikotan dan pengasingan, maka kesengsaraan, kemiskinan dan kelaparan melanda mereka.

Selang beberapa bulan berikutnya, dua orang pelindung Nabi, Khadijah binti Khuwalid dan Abu Thalib bin Abdul Muthalib mendahului beliau ke alam baka.

Khadijah istri Nabi Muhammad Saw, meninggal dalam usia 65 tahun, pada tahun kesepuluh kenabian dan telah mengarungi bahtera rumah tangga bersama Nabi selama dua puluh lima tahun. Dari pernikahannya, Allah mengaruniakan enam orang anak yang terdiri dari dua orang laki-laki yaitu, Abdullah dan Qasim serta empat orang puteri, yaitu Ruqayah, Zaenab, Ummu Kulsum dan Fatimah, dimakamkan di Ma’la di kota Makkah.

Khadijah istri yang setia, orang yang mula pertama mengikuti ajaran Rasulullah, telah menyokong perjuangan dan dakwah Islamiyah dengan segala jiwa, raga dan harta, dan selalu memberikan kesejahteraan serta ketentraman pada diri Nabi Muhammad Saw dalam rumah tangga dan dakwah Islamiyah. Kepergian beliau membuat hati Nabi berduka cita, maka sepeninggal beliau, Nabi selalu mengunjungi keluarga dan kerabat beliau untuk bersilaturahmi dan mengenang jasa Khadijah.

Selang beberapa hari, Abu Thalib paman Nabi, wafat dalam usia 80 tahun. Beliau telah mengasuh Nabi sejak umur delapan tahun. Segala kasih sayang telah dicurahkan, beliau telah menikahkannya dengan Khadijah binti Khuwailid, bahkan setelah menjadi rasul, beliaulah sebagai pelindungnya.

Ketika Abu Lahab menyuruh menangkap Nabi Muhammad Saw pada pertemuan keluarga besar Quraisy, Abu Thalib tampil sebagai pembela. Begitu pula tatkala perutusan Kafir Quraisy mendatangi Nabi, Abu Thalib yang selalu menghadapi mereka.

Abu Thalib seorang tokoh Quraisy yang disegani, kewibawaan beliau menjadi pelindung Rasulullah, namun beliau tak sempat mengucapkan dua kalimat syahadat, sehingga beliau meninggal dalam keadaan Kafir.

Wafatnya kedua pelindung Nabi, menjadikan hati beliau sangat duka cita, sehingga tahun kesepuluh kenabian dinamakan “Amul Huzni” artinya tahun kesedihan.


2.    Tekanan Kaum Kafir Quraisy

Sepeninggal Khadijah dan Abu Thalib, sebagai pelindung dan penasihat Nabi Muhammad Saw, kafir Quraisy semakin berkuasa mengancam dan menganiaya Nabi, agar beliau menghentikan dakwahnya.

Abu Lahab, Hakim bin Ash dan Utbah bin Muit adalah tetangga dekat Nabi Muhammad Saw. Mereka selalu melempari kotoran dan najis ke halaman rumah Nabi dan juga jalan yang menuju rumah beliau. Ketika Nabi keluar rumah, dengan segera mereka melempari kotoran dan najis, bahkan ketika Nabi menunaikan sholat.

Istri Abu Lahab selalu meletakkan duri atau pecahan-pecahan di muka pintu Nabi, sehingga dapat melukai dan mengganggu beliau keluar rumah.

Pernah ketika Nabi sedang memberi pelajaran kepada sahabat-sahabat tentang Agama Islam di masjid, kaum kafir Quraisy jadi marah. Nabi dan sahabat-sahabat beliau mereka pukul.



PERJALANAN HIJRAH KE THAIF

Sesudah Abu Thalib dan Khadijah meninggal dunia, Nabi melihat bahwa penganiayaan kaum kafir Quraisy terhadap beliau daqn sahabat-sahabatnya makin menjadi-jadi, di luar perikemanusiaan dan sopan santun. Beliau yakin bahwa kota Makkah tidak sesuai lagi untuk dijadikan pusat dakwah.

Karena itu, dibuatlah rencana akan menjalankan seruan agama Islam keluar kota makkah, dengan harapan akan dapat menemukan tempat lain yang sesuai untuk dijadikan pusat dakwah. Nabi mulai mengunjungi beberapa negeri sambil memperkenalkan diri pokok-pokok agama Islam kepada penduduk.

Akan tetapi, Nabi senantiasa juga menemui kesengsaraan dan kesulitan-kesulitan. Sering kali beliau mendengar penduduk negeri-negeri itu mengejek : “Sekiranya kata-kata yang diserukan itu baik, tentu keluarga dan kaum kerabatnyalah yang menerima lebih dahulu”.

Akhirnya sampailah Nabi bersama Zaid bin Tsabit di negeri Thaif. Negeri Thaif terkenal berhawa sejuk dan keramahan penduduknya terhadap tamu yang datang.

Di Thaif Nabi menyeru orang-orang terkemuka di kota itu agar menyembah kepada Allah SWT. Penduduk Thaif menolak sambil mengusir kedatangan Nabi. Mereka mencaci maki, mempersorakkan dan melempari Nabi dengan batu, Nabi menderita luka-luka.

Untuk membersihkan darah luka yang mengalir, Nabi berteduh di kebun anggur, kemudian malaikat Jibril datang dan menjumpainya memohon agar beliau mengijinkan untuk menghimpit penduduk negeri Thaif dengan dua buah gunung. Nabi menolak dan berdo’a: Allahummah diqaumi fainnahum la ya’lamun. Artinya: “Ya, Allah berikanlah petunjuk kepada kaumku, sesungguhnya mereka tidak mengetahui”.

Dari kejauhan, Addas tukang kebun datang membawakan setangkai anggur untuk duberikan kepada Nabi dan tuannya. Ketika Nabi memakan, beliau membaca Bismillah. Mendengar bacaan itu Addas terheran karena apa yang diucapkan Nabi sama dengan apa yang ia baca dan dia belum pernah mendengar penduduk negeri itu membacanya.

Nabi bertanya tentang tanah asal usul dan Agama Addas. Ia menjawab “Tanah asalnya ialah tempat kelahiran Nabi Yunus  dan agamanya Nasrani”. Nabi membacakan kisah Nabi Yunus yang tertera dalam Al-Qur’an, terharu Addas mendengarnya, lalu ia menyatakan dirinya sebagai pengikut Nabi Muhammad Saw.


(Sumber: Mata Pelajaran SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM –Madrasah Diniyah Ula- Untuk Kelas 2, Penerbit: Friska Agung Insani, Jakarta, Hal. 38-41).

Hijrah Kaum Muslimin ke Negeri Abbesinia (Ethiopia)

HIJRAH KE ABBESINIA YANG PERTAMA

Agama Islam yang dibawa Nabi sedikit demi sedikit mulai diterima oleh masyarakat Makkah, pribadi Nabi yang lemah lembut serta penuh kasih sayang terhadap semua orang, menjadikan agama Islam mudah diterima.

Bagi kaum Quiraisy, ajaran yang disampaikan Nabi Muhammad Saw merupakan ancaman terhadap kepercayaannya. Kaum Quraisy mempunyai kepercayaan menyembah berhala (patung Tuhan yang terbuat dari batu). Oleh karena itu, melihat pengikut Nabi makin bertambah, kaum Quraisy meningkatkan ancaman dan penganiayaannya terhadap kaum muslimin.

Begitu berat penderitaan kaum muslimin menghadapi tindakan dan perbuatan kaum kafir Quraisy. Sebagai pemimpin yang selalu melindungi masyarakatnya, Nabi bangkit untuk mencarikan tempat perlindungan yang aman bagi kaum muslimin. Dipilihnya negeri Abbesinia (Ethuopia) sebagai tempat tinggal sementara bagi kaum muslimin. Negeri Abbesinia memiliki seorang raja yang adil dan sangat mencintai rakyatnya, yaitu Raja Najasyi (Negus) yang beragama Nasrani.

Pada bulan ketujuh tahun kelima dari kerasulan Nabi, di bawah pimpinan Usman bin Mas’un, berangkatlah 10 orang laki-laki dan 5 orang wanita menuju abbesinia. Kedatangan kaum muslimin itu disambut dengan baik oleh Raja Najasyi.

Mengetahui kaum muslimin hijrah ke negeri Abbesinia, kafir Quraisy mengirimkan surat kepada Raja Najasyi agar kaum Muslimin diusir dari Abbesinia. Raja Najasyi menolak dan meminta kepada utusan kafir Quraisy agar kembali ke Makkah, sedangkan kepada kaum muslimin Raja Najasyi memperkenankan untuk menetap di negeri Abbesinia


KISAH HAMZAH, USMAN BIN AFFAN, DAN UMAR BIN KHATTAB MASUK ISLAM

Sementara kaum muslimin tinggal di Abbesinia, Nabi Muhammad tetap berada di Makkah mengajak kaumnya untuk menyembah Allah dan menerima ajaran yang dibawanya, meskipun tantangan yang dihadapi tidak ringan. Kegiatan dakwah terus dilakukannya sampai kaumnya mau menerima ajakannya untuk menerima Islam sebagai Agama mereka.

Usaha Nabi Muhammad ini ternyata tidak sia-sia, ini terbukti dengan masuk Islamnya beberapa tokoh Quraisy, seperti Hamzah bin Abdul Muthalib, Usman bin Affan dan Umar bin Khattab.

Berikut ini kisah ketiga sahabat Nabi yang memeluk agama Islam:

1.    Hamzah bin Abdul Muthalib
Hamzah bin Abdul Muthalib adalah seorang paman Nabi Muhammad yang simpati terhadap Nabi, ia memeluk agama Islam karena membela keponakannya.

Pada suatu hari ketika Hamzah baru berpulang dari berburu, ia mendengar Nabi dianiaya oleh Abu Jahal. Hamzah jadi marah setelah mendengar keponakannya dianiaya oleh Abu Jahal. Kemudian Hamzah langsung mencari Abu Jahal untuk membalas perbuatannya.

Setelah Hamzah menemukan Abu Jahal, dengan tiba-tiba Hamzah menancapkan anak panahnya ke kening Abu Jahal, hingga darahnya menetes. Sejak saat itu Hamzah pun masuk Islam dan dia dikenal sebagai seorang yang pemberani dan gagah perkasa.

2.    Usman bin Affan
Usman bin Affan seorang pedagang yang kaya raya, teman dekat Abu Bakar. Tatkala Abu Bakar mengikuti ajaran Nabi Muhammad Saw, beliau menerangkan ajaran tersebut kepada Usman bin Affan.
Tertarik hati beliau akan ajaran tersebut, hingga beliau menghadap Nabi untuk menyatakan ke Islamannya. Kejadian tersebut terjadi atas masa Nabi Muhammad berdakwah secara sembunyi-sembunyi, beliau termasuk “Assabiqun al-Awwalun”, artinya orang yang pertama masuk Islam.
3.    Umar bin Khattab
Umar bin Khattab, seorang tokoh Quraisy yang sangat ditakuti dan sangat memusuhi Islam. Nabi Muhammad selalu berdo’a agar Allah SWT menganugerahkan bagi umat Islam salah seorang dari dua Umar, yaitu Umar bin Khattab dan Amr bin Rabiah. Do’a Nabi terkabul, Allah memberi Taufik dan hidayahnya kepada Umar bin Khattab.
Suatu hari Umar bin Khattab berjalan tergesa-gesa dengan menghunus pedangnya. Na’im bin Abdullah bertanya: “Hendak kemana wahai Umar?” Umar menjawab: “Hendak membunuh Muhammad yang telah memecah belah Quraisy dan memalukan agamanya”. Na’im mengalihkan pembicaraan dan berkata: “Bagaimana kamu akan membunuh Muhammad sedangkan adikmu Fatimah dan suaminya telah mengikuti ajaran Muhammad”. Segera Umar menuju rumah adiknya.
Sesampai di rumah adiknya, Umar mendengar alunan suara Al-Qur’an surat Thaha yang sedang dibacakan Khabib bin Al-Arrat di hadapan Fatimah dan suaminya. Diketuknya pintu keras-keras, Khabib segera bersembunyi, Fatimah menyembunyikan Al-Qur’annya dan segera membukakan pintu. Dengan geram Umar meminta lembaran Al-Qur’an yang disembunyikan Fatimah, namun ditolak oleh Fatimah. Mereka saling memperebutkan Al-Qur’an, sehingga tertorehlah wajah Fatimah dengan pedang Umar, dan keluarlah darah dari luka tersebut. Melihat Fatimah luka timbul rasa iba dan kasihan terhadap adiknya, dan meminta lembaran Al-Qur’an yang dipegang Fatimah. Setelah membaca lembaran Al-Qur’an tersebut yang berisi surat Thaha, lunak hati Umar dan mendapat Hidayah Allah, sehingga beliau menyatakan diri untuk memeluk agama Islam, karena kagum keindahan Al-Qur’an.
Berangkatlah Umar beserta adiknya menuju ke tempat Nabi Muhammad mengajarkan agamanya. Dari derap langkah dan ketukan, Nabi dan para sahabat sudah dapat menentukan bahwa yang datang adalah Umar bin Khattab, para sahabat takut dan khawatir akan keselamatan Nabi Muhammad. Namun Nabi mengharapkan para sahabat tidak takut dan resah, lalu menyuruhnya untuk membukakan pintu, masuklah Umar menghadap Nabi Muhammad, suasana menjadi hening. Umar menyatakan keIslamannya, Nabi mengajarkan Syahadat, dan terjadilah kegembiraan di hati para sahabat, mereka bersyukur kepada Allah.


HIJRAH KE ABBESINIA YANG KEDUA

Selama dua bulan kaum Muslimin tinggal di Abbesinia. Ada rasa rindu untuk berkumpul bersama sanak saudara, maka kembalilah kaum muslimin ke Makkah.

Orang-orang Quraisy tidak senang melihat kedatangan kaum muslimin. Apalagi selama dua bulan kaum  muslimin tinggal di negeri Abbesinia, ajaran Nabi tambah berkembang di Makkah.

Tekanan dan penyiksaan kembali di perlihatkan Kafir Quraisy kepada kaum muslimin. Penduduk Makkah yang ketahuan telah memeluk Islam diancam dan disiksa. Keteguhan dan keikhlasan kaum  muslimin untuk mempertahankan dan membela agama Allah tidak pernah pudar.

Sering kali Nabi menganjurkan kepada para sahabat untuk hijrah ke Abbesinia. Berangkatlah rombongan kaum muslimin yang berjumlah 101 orang termasuk 18 wanita ke negeri Abbesinia. Para sahabat yang ikut hijrah di antaranya. Usman bin Affan beserta istri beliau, Rukayah puteri Nabi, Zubber Ibnu Awwan, Abdurrahman bin Auf, Jafar Ibnu Abi Thalib dan lain-lain.

Setelah sampai ke negeri Abbesinia, Jafar Ibnu Abi Thalib menerangkan maksud kedatangan mereka, kekejaman orang-orang kafir Quraisy dan ajaran Nabi Muhammad Saw yang mereka percayai. Raja Najasyi memahami keadaan mereka dan sangat simpati terhadap ajaran Islam. Berkat pergaulan yang baik bersama kaum muslimin, raja Najasyi pun masuk Islam.

Hijrah kaum muslimin ke negeri Abbesinia, menggoncangkan kaum Quraisy. mereka berkeyakinan bahwa dengan hijrah itu kaum muslimin akan bertebaran ke segenap penjuru dunia.

Kaum Quraisy kemudian membujuk Nabi agar menghentikan dakwahnya. Nabi dijanjikan harta benda yang banyak, tetapi Nabi menolaknya. dibujuk lagi Nabi dengan diberikannya kekuasaan, yaitu menjadi raja, akan tetapi ajakannya itu disambut oleh Nabi dengan tolakan yang tegas.


(Sumber: Mata Pelajaran SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM –Madrasah Diniyah Ula- Untuk Kelas 2, Penerbit: Friska Agung Insani, Jakarta, Hal. 28-33).

Rabu, 23 November 2011

Pembelaan Orang-Orang Teraniaya

SIKAP KAUM KAFIR QURAISY TERHADAP BUDAK-BUDAK MEREKA MASUK ISLAM


Dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw yang dilakukan di Makkah, baik secara sembunyi maupun yang dilakukan secara terang-terangan lamanya sekitar 13 tahun.

Hasil dakwah secara sembunyi-sembunyi diawali dengan masuknya Siti Khadijah, Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib, dan Zaid bin Harits.

Kemudian disusul dengan orang lain sehingga berjumlah 29 orang laki-laki dan 7 orang perempuan. Di antara yang terkenal adalah Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, dan Sa’ad bin Abi Waqas.

Dari kalangan wanita yang terkenal adalah Asma bin Abu Bakar, dan Fatimah bin Khattab.

Dan tahap kedua, yaitu berdakwah secara terang-terangan yang memeluk agama Islam lebih banyak lagi, yaitu sebanyak 128 orang. Di antara yang terkenal adalah Ja’far bin Abi Thalib.

Perkembangan Islam yang demikian pesat semakin membuat kaum kafir Quraisy membenci dan berusaha menghalangi.

Beberapa cara dilakukan kaum kafir Quraisy, antara lain yaitu dengan jalan menyiksa hamba sahayanya dan orang-orang miskin yang memeluk agama Islam. Semua dilakukan dalam rangka menakut-nakuti para budak dan orang miskin lainnya apabila memeluk agama Islam, serta dalam rangka mencegah berkembangnya Islam lebih banyak lagi.

Di antara para budak yang disiksa oleh tuannya adalah Bilal bin Rabbah, yaitu budak dari Umayah bin Khalaf. Karena bilal masuk Islam, majikannya marah dan Bilal diikat dengan tali, kemudian ia diseret ke jalan yang besar, badannya dibentangkan dan digencet dengan batu yang besar sambil diancam dibunuh. Bila disuruh meninggalkan agama Islam yang didapatnya dari Muhammad untuk kembali menyembah berhala seperti dulu.

Kaum kafir Quraisy berkata: “hai Bilal ! Katakanlah Tuhanmu Lata, Uzza dan Mannata !”. Kemudian Bilal menjawab: “Ahad, Ahad, Ahad”. Secara kebetulan lewat Abu Bakar dan melihat Bilal bin Rabbah sedang disiksa oleh kaum kafir Quraisy. Abu Bakar mendekatinya dan langsung Bilal dibeli dan dibebaskan dari majikannya. Bilal terbebas dari perbudakan dan penyiksaan. Bilal memiliki suara yang bagus, maka ia diberi tugas sebagai Muazin.

Selain Bilal bin Rabbah yang mendapat siksaan juga Sumaiyah Ibnu Ammar bin Yasir dan seluruh keluarganya. Mereka disiksa oleh Abu Jahal : Sumaiyah ditusuk tubuhnya hingga ia meninggal seketika. Sedangkan keluarga yang lain dipanggang di atas api yang menyala-nyala.


KETELADANAN PARA SAHABAT NABI DALAM PEMBEBASAN BUDAK-BUDAK YANG TERANIAYA


Para pengikut dan sahabat Nabi Muhammad terdiri dari berbagai golongan masyarakat. Ada yang berasal dari bangsa Quraisy, seperti Abu Bakar dan Hamzah bin Abdul Muthalib, dll.

Para sahabat senantiasa membantu perjuangan Nabi dalam menyebarkan agama Islam. Pengorbanan-pengorbanan tersebut ada yang berupa tenaga, pikiran dan bahkan tak segan-segan mengorbankan jiwa dan raganya untuk membela perjuangan Nabi Muhammad.

Salah satu perjuangan para sahabat dalam membantu menyebarkan dan mempertahankan agama Islam yaitu pembebasan para budak dan orang-orang yang teraniaya dari kaum Quraisy, misalnya, budak Bilal bin Rabbah dibebaskan oleh sahabat Nabi, yaitu Abu Bakar.

Begitu pula dengan sahabat Nabi yang lain, yaitu Umar bin Khattab. Pada waktu Umar sedang mengontrol  masyarakatnya, ia melihat seorang pemuda sedang mengembalakan dombanya. Dihampiri pemuda itu, dan Umar bertanya : “Wahai pemuda, domba-domba siapakah ini yang engkau gembalakan”. “Saya seorang budak tuan, dan domba-domba ini milik majikan hamba”, jawab sang pemuda. “bolehkah domba-domba itu aku beli”, kata Umar bin Khattab. “Tuan saya memang tidak akan tahu seandainya salah satu di antara domba ini saya jual. tetapi Allah SWT Maha Mengetahui apa yang saya perbuat”, jawab pemuda itu. Terharu Khalifah Umar bin Khattab mendengar jawaban pemuda itu, dan akhirnya pemuda itu dibebaskan.


(Sumber: Mata Pelajaran SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM –Madrasah Diniyah Ula- Untuk Kelas 2, Penerbit: Friska Agung Insani, Jakarta, Hal. 21-24).

Keteladanan Keluarga Rasul Saw

KECINTAAN NABI TERHADAP ISTRINYA KHADIJAH

Terjadinya perkawinan Nabi Muhammad dengan Khadijah di luar dugaan orang. Kaum Quraisy dan keluarga dari kedua belah pihak tidak ada seorang pun yang menyangka bahwa keduanya akan menjadi suami istri.

Nabi Muhammad seorang pemuda yang miskin, dari kecil sudah tidak berayah dan tidak beribu. Beliau pernah menjadi buruh pengembala kambing dan buruh memperniagakan dagangan orang lain, tetapi dia terkenal seorang pemuda yang jujur dan berakhlak mulia.

Khadijah seorang perempuan yang telah janda dua kali, seorang wanita yang telah mengalami manis pahitnya berumah tangga, karena ia pernah dua kali nikah dengan dua orang pria terpandang dalam masyarakat Arab, yaitu Atiq bin Aid dan Abu Hallah Hindun bin Zararah. Sebagai hartawan, selama menjadi janda ia telah berulang kali dipinang oleh orang-orang dari golongan hartawan Quraisy, tetapi ia menolak, dengan alasan tidak akan kawin lagi karena usianya sudah empat puluh tahun, lima belas tahun bedanya dengan Usia Nabi Muhammad.

Tetapi lantaran Allah telah mentaqdirkan bahwa kedua orang itu harus bertemu dan menjadi suami istri, maka tidak ada seorang juapun yang bisa menolak atau menghalangi ketentuan Allah ini.

Keadaan rumah tangga Muhammad sangat harmonis, dan penuh rasa kasih sayang.

Lima belas tahun lamanya rumah tangga Khadijah dan Nabi Muhammad, selama itu kehidupan dua orang suami istri sangat harmonis, tidak pernah terjadi soal-soal yang mengganggu pikiran dan perasaan kedua belah pihak. Hubungan yang dijalin dengan cinta dan kasih sayang itu bukan hanya menjadi teladan bagi semua rumah tangga di Makkah, melainkan juga dibicarakan oleh sejarah sepanjang zaman.

Sebab kecintaan Nabi kepada Khadijah, suatu hari Halah binti Khuwalid, saudara Khadijah datang kepada Rasulullah. Beliau lantas kenal cara meminta izinnya persis seperti Khadijah. Beliau terharu sambil mengucapkan: “Wahai Tuanku”, hal ini karena teringat kepada Istrinya Khadijah sewaktu masih hidup.

Nabi pernah bersabda kepada Aisyah istrinya: “Demi Allah, tidak ada Allah menggantikan bagiku dengan yang lebih dari pada Khadijah, dia beriman kepadaku ketika semua orang mendustakanku, dia menyantuni aku dengan seluruh harta bendanya ketika semua menahannya dari padaku dan aku dikaruniai anak-anak dari padanya sedang dengan yang lain tidak.

Suatu hari Rasulullah diberi hadiah daging unta, maka Nabi dengan tangannya sendiri memotong daging tersebut dan menyuruh seseorang pergi membawanya kepada seorang wanita bekas teman Khadijah, Aisyah, berkata: “Kenapa tuan mengotori tangan tuan sendiri begitu? Rasulullah menerangkan bahwa Khadijah telah berwasiat kepadaku tentang wanita itu”.

Kecintaan Nabi Muhammad kepada istrinya Khadijah, tetap berlangsung terus walaupun istrinya telah meninggal dunia. Sehingga tahun wafat Khadijah disebut “Aamul Huzn” (Tahun Kesedihan).

Demikianlah kecintaan Nabi kepada Khadijah, sehingga ketika istrinya wafat beliaulah yang mengurus jenazahnya hingga dikuburkan di Mu’alla, Syi’ib Hayun. Kuburannya masih dapat dikenal sampai sekarang.


PENGORBANAN KHADIJAH DALAM MEMBELA PERJUANGAN NABI

Sebaliknya kecintaan Khadijah terhadap suaminya Muhammad Rasulullah sangat mendalam sekali. Khadijah sebagai istri Nabi dengan tulus ikhlas menyerahkan semua kekayaannya guna diberikan kepada siapapun yang datang mengharapkan bantuan dan pertolongan serta untuk kepentingan dakwah Islamiyah.

Khadijah adalah yang mengobati kepedihan Rasulullah akibat ditinggal wafat oleh ayah bundanya sejak masih kecil.

Khadijah yang menyediakan dan mengorbankan segala-galanya bagi ketenangan dan ketentraman sewaktu beliau menerima wahyu pertama. Khadijah yang dengan lembut dan penuh kasih sayang menyambut kedatangan Rasulullah dari Gua Hira lalu mempercayai, membenarkan dan mengimani kenabian beliau tanpa keraguan sedikitpun.

Khadijah seorang wanita yang rela meninggalkan semua kekayaannya, kemewahan dan kenikmatan hidup untuk mendampingi suaminya dan turut pula merasakan berbagai kesukaran, penderitaan dan cobaan berat dalam menghadapi penindasan dan pengejaran Kaum Musyrikin Quraisy.

Bantuan, perlindungan, pembelaan dan pengorbanan Siti Khadijah demi tegaknya kebenaran Allah dimuka bumi akan tetap tertulis dengan tinta emas dalam sejarah Islam.


MENGATASI MASALAH-MASALAH KEMASYARAKATAN

1.    Ajaran Nabi Muhammad Tentang Perbaikan Sosial di Masyarakat Periode Makkah

Ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw pada Periode Makkah banyak ditekankan pada ajaran tauhid dan pembinaan aqidah. Hak ini disebabkan karena masyarakat Quraisy pada saat itu masih hidup dalam penyembahan berhala, patung, bintang dan lain-lain.

Nabi Muhammad mengajarkan bahwa tidak ada tuhan selain Allah. Hanya kepadaNyalah ibadah dilakukan. Hanya kepadaNyalah hati dan jiwa manusia dihadapkan.

Kemudian diajarkan pula oleh beliau bahwa Tuhan telah memilih beberapa orang tertentu untuk menerima wahyu dari pada-Nya, untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia.

Mereka itulah Nabi dan Rasul. Tujuan wahyu adalah untuk mengajarkan manusia tentang kebaikan dan akhlak yang mulia.

Disamping itu diajarkan pula masalah-masalah kemasyarakatan tentang kerukunan hidup, saling membantu, saling tolong menolong, membantu kepada yang lemah, menolong kepada fakir miskin dan orang-orang tertindas.

Dalam hal ini Rasulullah bersabda: Man lam yahtam bi-amril muslimina falaisa minhum. Artinya: “Barang siapa yang tidak mementingkan urusan kaum muslimin maka ia tidak termasuk golongan mereka”.

Dalam mengatur masyarakat, Islam mengharamkan penumpahan darah dan dilarang pula untuk menuntut bela dengan cara menjadi hakim sendiri-sendiri seperti zaman Jahiliyah. Islam menyerahkan penuntutan itu kepada pemerintah.

Islam yang pertama mengangkat derajat wanita; Islam memberikan hak kepada wanita sesuai dengan kodratnya. Islam menegakkan pula ajaran persamaan antara sesama manusia dan memberantas masalah perbudakan.

Dalam Al-Qur’an diterangkan, termasuk orang yang mendustakan Agama orang yang tidak peduli akan anak yatim dan fakir miskin.
Simaklah Surat Al-Ma-un dibawah ini:
Ara-aitallazi yukazzibu biddin  Fazalikallazi yadu’ul yatim Wala yahuddu ‘ala ta’amil miskin ƒ
1.      Tahukah kamu orang yang mendustakan agama.
2.      Itulah orang-orang yang menghardik anak yatim
3.      Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin (QS. Al-Maun Ayat 2-3)

Dengan diutusnya Nabi Muhammad sebagai Rasul Allah, maka mulailah sedikit demi sedikit kebrobokan dan kebejatan moral bangsa Arab diperbaikinya.

Mulai dari penyembahan terhadap berhala berubah menjadi menyembah Allah SWT. Kehidupan yang berfoya-foya, penindasan, pemerkosaan, pemabukan beralih kepada tatacara yang diatur oleh ajaran Islam.


2.   Langkah-Langkah Para Sahabat Dalam Perbaikan Sosial Masyarakat Periode Makkah

Langkah-langkah yang dilakukan oleh para sahabat dan kaum muslimin dalam rangka perbaikan sosial masyarakat ialah dengan jalan memupuk kerukunan hidup, tolong menolong, mengangkat derajat wanita, membantu kepada yang lemah, fakir miskin, yatim piatu dan membebaskan budak-budak yang dianiaya oleh tuannya lantaran memeluk agama Islam.

Siti Khadijah sebagai istri Rasulullah dengan tulus ikhlas menyerahkan semua kekayaannya untuk menolong fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkannya. Sahabat Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Thalhah, Abdurrahman bin Auf dan lain-lainnya telah memberikan harta kekayaannya kepada fakir miskin dan yang membutuhkannya serta untuk kepentingan masyarakat Islam.

Rasulullah menganjurkan kepada siapa yang mempunyai budak agar dimerdekakan. Apalagi kalau budak tersebut memeluk agama Islam. Oleh karena itu maka para sahabat Nabi yang mempunyai budak langsung memerdekakannya, bahkan ada beberapa sahabat yang membeli budak yang sedang disiksa dan dianiaya oleh tuannya lalu dimerdekakan. Dan di antara para sahabat yang paling banyak memerdekakan budak ialah Sahabat Abu Bakar Siddiq.

Kesadaran para sahabat akan hal ini adalah sebagai hasil pengarahan dan penggemblengan Rasulullah pada periode Makkah. Betapa agung dan mulia ajaran Islam yang memerintahkan berlaku baik dan berlemah lembut kepada para budak dan menganjurkan agar menghormatinya. Demikianlah prinsip-prinsip penting yang telah ditetapkan oleh Islam untuk memerdekakan para budak.


(Sumber: Mata Pelajaran SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM –Madrasah Diniyah Ula- Untuk Kelas 2, Penerbit: Friska Agung Insani, Jakarta, Hal. 12-18).