Senin, 13 Februari 2012

Isra’ Mi’raj dan Tantangan Masyarakat Makkah


A.   Isra’ dan Mi’raj

1.    Pengertian Isra’ Mi’raj
Kata Isra’ dari bahasa Arab, berarti, berjalan malam. Menurut istilah, Isra’ adalah perjalanan Nabi Muhammad pada suatu malam dari Masjidil Al-Haram di Makkah menuju ke Masjidil Al-Aqsa atau disebut Baitul Maqdis di Palestina.

Mi’raj dari bahasa Arab, berati naik ke atas. Menurut istilah, Mi’raj adalah naiknya Nabi Muhammad dari masjidil Al-Aqsa menuju ke Arasy untuk menghadap Allah.

Allah menceritakan kisah ini pada surah Bani Israil, ayat 1 yang berbunyi : “Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hambanya pada suatu malam dari Masjidil Al-Haram ke Masjidil Al-Aqsa yang telah diberkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya dari tanda-tanda kebesaran Kami, sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

2.    Kisah Isra’ Mi’raj
Setelah mengalami kedukaan, karena dua orang yang amat dicintai dan dihormati telah meninggal dunia, Allah ingin menghibur dan memuliakan Nabi Muhammad Saw, Allah mengutus Malaikat Jibril untuk menjemput Nabi Muhammad untuk menghadap-Nya. Peristiwa ini terjadi setelah sebelas tahun Muhammad menjadi Nabi.

Setelah berjumpa dengan Nabi Muhammad Saw, Malaikat Jibril membaringkan Nabi Muhammad. Dada Nabi Muhammad dibelah, kemudian dikeluarkan semua sifat-sifat buruk dan menggantikannya dengan sifat-sifat baik ke dalam dada Nabi Muhammad.

Nabi Muhammad dan Malaikat Jibril menaiki Buraq, yaitu kendaraan yang sangat cepat. Perjalanan mereka pertama yaitu menuju Masjidil Al-Aqsa di Palestina. Selama perjalanan mereka singgah di lima tempat yaitu:
1.    Kota Yatsrib, sekarang disebut Madinah Al-Munawarah.
2.    Kota Madyan, yaitu tempat persembunyian Nabi Musa ketika dikejar tentara Fir’aun
3.    Thur Sina, yaitu tempat Nabi Musa menerima kitab Taurat.
4.    Bethlehem, yaitu tempat kelahiran Nabi Isa a.s.
5.    Masjid Al-Aqsa di Palestina, yaitu tempat yang dituju dalam perjalanan malam tersebut. Palestina merupakan tempat suci ketiga setelah Makkah dan Madinah.

Pada setiap persinggahan, Nabi Muhammad selalu melakukan Shalat sebanyak dua raka’at. Sesampainya di Masjid Al-Aqsa, Nabi Muhammad disuguhi dua belah gelas yang masing-masing berisi susu dan arak.

Nabi Muhammad mengambil sebuah gelas yang berisi susu, kemudian Malaikat Jibril mengucapkan selamat padanya karena beliau telah memilih yang baik bagi dirinya dan ummatnya.

Setelah menjadi Imam, Rasulullah diangkat ke Sidratul Muntaha untuk menghadap Allah SWT bersama Malaikat Jibril.

Dalam perjalanan menuju Sidratul Muntaha, Nabi Muhammad dan Malaikat Jibril singgah di tujuh lapis langit yaitu:
1.    Langit pertama bertemu dengan Nabi Adam a.s.
2.    Langit kedua bertemu dengan Nabi Yahya dan Nabi Ishaq a.s.
3.    Langit ketiga bertemu dengan Nabi Yusuf a.s.
4.    Langit keempat bertemu dengan Nabi Idris a.s.
5.    Langit kelima bertemu dengan Nabi Harun a.s.
6.    Langit keenam bertemu dengan Nabi Musa a.s.
7.    Langit ketujuh bertemu dengan Nabi Ibrahim a.s.

Setelah melewati ketujuh lapis langit tersebut Nabi Muhammad diajak ke Baitul Makmur, tempat Malaikat melaksanakan Thawaf. Kemudian Nabi Muhammad naik menuju Sidratul Muntaha dan dalam perjalanan ini Malaikat Jibril tidak ikut serta.

Kemudian Rasulullah bertemu dengan Allah SWT, dalam peretemuan tersebut Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad untuk melaksanakan shalat sebanyak lima puluh waktu.

Ketika hendak turun Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Musa a.s., dan beliau bercerita tentang perintah shalat yang diterimanya, dari Allah SWT. Mendengar cerita tersebut Nabi Musa menyuruh Nabi Muhammad Saw untuk menghadap Allah kembali guna meminta keterangan. Nabi Muhammad Saw berulang kali menghadap Allah untuk memberikan keringanan, akhirnya Allah memberikan keringanan perintah shalat kepada Nabi Muhammad menjadi lima waktu untuk setiap harinya. Allah menjanjikan pahala yang sama bagi umat Nabi Muhammad seperti melaksanakan shalat sebanyak 50 waktu setelah peristiwa itu Nabi Muhammad dikembalikan ke Makkah.

Pagi harinya Nabi Muhammad Saw berniat menceritakan tersebut kepada kaum Quraisy. Nabi Muhammad bertemu dengan Abu Jahal dan meminta Abu Jahal untuk mengumpulkan kaum Quraisy. Kesempatan itu tidak disia-siakan untuk meyakinkan kaum Quraisy tentang kebohongan Nabi Muhammad Saw, Abu Jahal menyeru kaum Quraisy untuk berkumpul. Setelah kaum Quraisy berkumpul Nabi Muhammad menceritakan segala kejadian yang dialaminya dalam Isra’ Mi’raj. Ceramah Nabi Muhammad tersebut disambut dengan ejekan dan cemoohan, serta Abu Jahal menghasut kaum Quraisy untuk tidak mengikuti ajaran Nabi Muhammad yang penuh dengan kebohongan. Kemudian mereka menemui Abu Bakar dan menceritakan apa yang mereka dengar Nabi Muhammad. Mereka bertanya kepada Abu Bakar “Apakah Abu Bakar mempercayainya?” dengan tegas Abu Bakar menyatakan “bahwa dia meyakini apa yang telah diceritakan oleh Nabi Muhammad Saw”. Kemudian Nabi Muhammad memberikan gelar As-Sidiq kepada Abu Bakar hingga menjadi Abu Bakar As-Sidiq.


B.   Tantangan Masyarakat Makkah
Nabi Muhammad dalam menerima wahyu dan mengalami suatu peristiwa tidak pernah dirahasiakannya, begitu pula peristiwa Isra’ Mi’raj. Peristiwa Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad dalam waktu yang singkat telah tersiar ke seluruh kota Makkah, ejekan dan cemoohan sering diterima Nabi Muhammad mengenai peristiwa yang dialaminya. Sebagai contoh, waktu Nabi Muhammad duduk di Masjidil Al-haram dan bertemu dengan Abu Jahal, Abu Jahal duduk di samping Nabi Muhammad Saw, serta berkata dengan nada mengejek “apa kabar pagi ini Muhammad? Adakah sesuatu yang engkau anggap penting yang engkau terima dari Tuhanmu?”, Nabi Muhammad menjawab “Ya tadi malam aku telah diisra’kan” Abu Jahal bertanya “kemana” Nabi menjawab “Ke Baitul Maqdis”. Kata Abu Jahal “kemudian pagi ini engkau telah ada di sini?” Nabi Mkuhammad” “ya”. Mendengar jawaban itu, Abu Jahal tertawa dan mengejek serta berkata, beranikah engkau menceritakan perkataanmu itu kepada penduduk Makkah? Saya akan mengumpulkan mereka di sini, lalu sampaikan perkataanmu kepada mereka ! Nabi menjawab “baiklah saya akan menerangkan kepada mereka peristiwa ini”. Setelah penduduk Makkah berkumpul di Masjidil Al-Haram, kemudian Nabi menceritakan peristiwa Isra’ Mi’raj itu dari awal sampai akhir, tidak ada sedikit pun  yang terlewat, kejadian ini menyebabkan mereka yang sudah masuk Islam, berbalik menjadi murtad. Tetapi bagi umat Islam yang kuat imannya tetap tidak tergoyahkan dan tidak terpengaruh oleh ejekan itu sebab mereka telah yakin tentang kebenaran Nabi Muhammad. Lain halnya dengan Abu Bakar, ia mempunyai sikap yang berbeda dengan yang lain. Setelah didatangi oleh orang-orang yang masih sangsi dengan peristiwa Isra’ dan Mi’raj ia mendatangi Nabi Muhammad Saw dan meminta penjelasannya kepadanya peristiwa yang diceritakan oleh Nabi Muhammad Saw langsung diterimanya, oleh sebab itu Nabi Muhammad memanggilnya dengan sebutan As-Sidiq.

1.    Tamsil Isra’ Mi’raj
a.    Tamsil dalam Isra’
·        Nabi Muhammad Saw melihat orang memotong padi (panen) terus menerus, beliau bertanya kepada Jibril: “siapakah mereka itu?” Jibril menjawab: ‘mereka itu ibaratmu yang gemar beramal jariah, yang kemudian mereka terus menerus memetik pahalanya dari Allah SWT”.
·        Melihat orang yang terus menerus memukul kepalanya, Nabi Muhammad bertanya “siapakah mereka itu ya Jibril?” dijawabnya: “mereka itu ibarat umatmu yang enggan bershalat, yang kelak sangat menyesal dengan memukuli kepalanya sendiri terus menerus sekalipun terasa sakit olehnya”.
·        Melihat kuburan yang sangat harum baunya, Nabi bertanya: “apakah itu ya Jibril?” dijawabnya: “itu kuburan Siti Mashitah dan anaknya. Dia mati disiksa dengan digodok oleh raja Fir’aun, karena ia mempertahankan imannya kepada Allah SWT, sewaktu dipaksa supaya menyembah berhala”.
·        Melihat orang yang dihadapannya ada dua macam hidangan, sebelah kananya makanan lezat dan sebelah kirinya makanan busuk, orang itu dengan lahapnya memilih makanan busuk. Nabi bertanya: “ya Jibril siapakah mereka itu?” Jibril menjawab: “Ya Rasulullah. Itu ibarat umatmu yang suka membiarkan nafsunya memilih pekerjaan yang buruk dan dosa daripada beramal yang baik dan berpahala”.

b.    Tamsil dalam Mi’raj
·        Nabi Muhammad Saw melihat orang yang gagah pertkasa, orang itu menengok dan melihat ke kirinya merasa sedih dan menangis tersedu-sedu, tetapi bila menengok dan melihat ke kanannya dia berseri-seri gembira dan tersenyum-senyum. Nabi bertanya: “Siapakah orang itu ya Jibril?” jawab Jibril: “Ya Rasulullah, dia itu bapakmu yang pertama yaitu nabi Adam a.s. Bila beliau melihat ke kiri sedih, karena melihat anak cucunya di dunia berbuat jahat dan dosa. Sebaliknya, bila menengok ke kanan merasa gembira, karena melihat anak cucunya di dunia yang berbuat baik dan beramal shaleh”.

2.    Hikmah Isra’ Mi’raj
Isra’ Mi’raj mempunyai hikmah di antaranya yaitu sebagai berikut:
a.    Menghilangkan perasaan sedih dan gundah dalam diri Nabi Muhammad Saw yang disebabkan oleh meninggalnya pembelanya yang utama yaitu, pamannya Abu Thalib dan Istrinya Khadijah. Allah SWT ingin meyakinkan utusan-Nya itu bahwa kebenaran dan keyakinan yang dibawanya tidak akan dapat dikalahkan oleh apapun dan siapapun.
b.    Allah hendak memperlihatkan kemaha-Kuasaan-Nya kepada Nabi Muhammad Saw agar ia tetap yakin, bahwa Allah akan tetap menolongnya dalam menghadapi musuh-musuh yang menghalangi dan membendung penyiaran agama Islam.
c.     Allah mempertemukan dan memperkenalkan Nabi Muhammad Saw dengan para Nabi dan Rasul terdahulu, agar dapat menambah semangat dan keyakinannya.
d.    Allah memperlihatkan kepada Nabi Muhammad Saw bekas-bekas kejayaan bangsa-bangsa terdahulu yang hancur luluh karena kedurhakaan kepada Allah dan Rasul-Nya.
e.    Menguji para pengikut Nabi, apakah mereka itu akan tetap beriman kepada agama yang selama ini sudah dianutnya, sekalipun akal dan pikiran mereka belum dapat mengerti dan memahami kajian tersebut.
f.     Nabi Muhammad Saw dapat bertemu dengan hadirat Allah SWT.
g.    Allah menyampaikan perintah melakukan shalat kepada Nabi dan umatnya.